Minggu, 07 Desember 2014

Bangun Jaringan Internet di 5000 Desa, Menteri Marwan Minta Kades Belajar Komputer

 
Seluruh kepala desa seluruh Indonesia beserta perangkatnya diminta mempelajari teknologi dan informasi. Sebab, pemerintah melalui Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi akan membangun jaringan internet di 5000 desa.
"Jadi pak kepala desa, belajarlah komputer agar kita bisa berkomunikasi secara online," ujar Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Marwan Jafar dalam pernyataannya saat mengunjungi desa Sriwedari, Tegineneng, Kabupaten Pesawaran, Lampung, Jumat(5/12/2014).
Menurut Marwan, dana untuk pembangunan desa tersebut diperkirakan menghabiskan dana Rp 1,4 miliar dan mulai cair April tahun 2015 mendatang. Karena itu, ia meminta aparatur desa menyiapkan diri.
"Kami minta aparatur desa mulai siap-siap. RPJMDes harus disiapkan," katanya.
Menteri Marwan berharap dana desa itu digunakan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan rakyat. "Jangan diselewengkan karena ini untuk hahat hidup orang banyak," ujarnya.
Rencana tersebut dilakukan lanjut Marwan sebagai bagian dari upaya menciptakan pembangunan dari desa. "Kita ingin membangun dari desa, menciptakan gula gula di desa, jika desanya maju, warganya tidak perlu ke Jakarta atau jadi TKI," katanya.
Menteri Marwan juga menginstruksikan kepala desa untuk membentuk BUMDES sesuai dengan potensi desa masing-masing.
"Saya juga nanti membentuk koperasi di desa. Kita ingin membangun dari desa, menciptakan gula gula di desa.. jika desanya maju, kita tidak perlu ke Jakarta atau jadi TKI," ujarnya.
Kesiapan desa akan mempengaruhi pelaksanaan pembangunan dan pemberdayaan desa. Pemerintah juga, kata Menteri, akan menyiapkan tenaga pendamping desa untuk mengawal dan membantu implementasi dana desa.
"Nanti para pendamping ini akan memberikan asistensi dalam proses pembangunan desa mulai dari perencanaan, pembangunan, hingga pelaporannya," kata Marwan.
Sementara itu di Pesawaran, seluruh camat hadir termasuk Kepala Desa di Kecamatan Tegineneng. Menteri Marwan secara simbolis menyerahkan bantuan sosial di kabupaten itu sebesar Rp 10 miliar. Bantuan itu antara lain berupa alat kesehatan, Pembangkit Listrik Tenaga Surya, kapal feeder, dan bantuan penguatan kapasitas masyarakat serta lembaga kesehatan.
Tahun ini, Kabupaten Pesawaran sudah terbebas dari kategori daerah tertinggal dari 113 kabupaten tertinggal yang masih ada.
"Kita secara bertahap akan mengurangi daerah tertinggal, tentu dengan kualifikasi yang terukur," ujar Menteri Desa.

Sumber : http://www.tribunnews.com/nasional/2014/12/05/bangun-jaringan-internet-di-5000-desa-menteri-marwan-minta-kades-belajar-komputer

Rabu, 10 September 2014

AKAN DI HIDUPKAN KEMBALI JALUR KERETA API DI BLORA

 
Jateng melontarkan gagasan menghidupkan kembali sejumlah jalur kereta api (KA) yang nonaktif (mati) untuk mengurangi kepadatan di jalan raya, sekaligus mempercepat pertumbuhan ekonomi (SM, 06/04/11). Gagasan itu sudah ada sejak 10 tahun lalu, dan hingga kini belum ada tahapan yang lebih konkret. Persoalannya, Pemprov dan PT Kereta Api Indonesia (KAI) sulit mendapatkan investor yang berminat menghidupkan kembali jalur itu.

Di sisi lain, pertumbuhan penduduk, yang otomatis membutuhkan hunian, dan kegiatan perekonomian, di sepanjang rel yang mati tadi, sangat pesat. Penduduk membangun hunian atau tempat usaha semipermanen, bahkan permanen. Padahal status tanah yang mereka pakai adalah sewa karena aset itu masih milik perusahaan persero itu. Dari wilayah Semarang, Kudus, Rembang, sampai Bojonegoro, penduduk menyewa pada Daerah Operasi (Daop) IV.

Pertanyaannya, jika tanah tersebut masih milik PT KAI mengapa justru penarikan kembali hak atas lahan itu menjadi sulit? Apakah perusahaan persero itu, di tiap-tiap daop sudah menginventarisasi aset tersebut? Bisa saja aset itu belum terdata dengan baik sehingga penduduk menganggapnya sebagai tanah tak bertuan. Kelanjutannya, mereka merasa bebas membangun rumah atau tempat usaha di atasnya.

Menghidupkan kembali jalur kereta api yang mati memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Jalur kereta api nonaktif di Jawa Tengah adalah jalur Semarang-Rembang-Bojonegoro; Kudus-Jepara, dan jalur Semarang-Purwodadi-Blora-Cepu (yang dulu dikelola Semarang Joana Stoomtrammascapaj). Kemudian, jalur Kedungjati- Tuntang, Bedono-Secang-Magelang-Yogyakarta; Secang-Temanggung-Parakan; Purwosari Solo-Kartasura Sukoharjo (Nederland’s Indische Spoorweeg), dan Wonosobo-Purwokerto (eks Serajoe Dal Stoomtrammascapaj).

Jalur kereta api Semarang-Rembang yang memanjang sejajar dengan jalan utama Semarang-Rembang ditutup tahun 1987 dan jalur Kedungjati Grobogan-Tuntang Kabupaten Semarang ditutup tahun 1977. Penutupan jalur itu pada tahun 1970-1980-an seiring pesatnya pelayanan moda transportasi jalan raya.

Pertanyaan yang juga belum terjawab tuntas adalah banyaknya jalur hilang tidak berbekas. Apakah perusahaan persero itu juga menyimpan peta lama tentang keberadaan jalur itu yang kini terpendam tanah atau ada bangunan di atasnya? Contohnya, jalur kereta nonaktif di Temanggung, jika ditelusuri akan membingungkan. Pasalnya jalur itu sudah terpendam di bawah tanah, hanya menyisakan tiang telepon/ telegraf, dan bekas stasiun yang kini berubah fungsi menjadi gedung sekolah dasar.

Angkutan Barang

Beberapa rel di jalur Secang-Temanggung-Parakan yang ditutup tahun 1973 itu juga banyak yang tidak terawat. Misalnya dekat jembatan Kali Progo atau rel di jembatan Kali Galeh dekat Stasiun Parakan yang putus. Namun mayoritas kondisi jembatan kereta dan beberapa stasiun atau halte di Parakan, Temanggung (stasiun), Kedu, dan Kranggan (halte) masih kokoh.

Jika Pemprov berhasil menghidupkan kembali jalur yang sudah mati itu maka fungsi baru itu jangan hanya jalur kereta wisata. Bila hanya itu berarti tujuan awal mengurangi kepadatan lalu lintas di jalan raya tidak tercapai. Pengaktifan kembali jalur Ambarawa-Tuntang untuk jalur kereta wisata memang tepat namun sebenarnya bisa lebih diberdayakan.
Masyarakat berharap PT KAI menyiapkan rencana strategis terkait dengan adanya gagasan menghidupkan jalur yang mati, misalnya untuk jalur angkutan barang. Kita bisa mengamati jalan raya sekarang dipenuhi oleh truk, dari ukuran sedang sampai trailer peti kemas dan tronton yang bertonase besar. Makin padatnya jalan raya mengakibatkan waktu tempuh kendaraan juga lebih lama dan biaya operasionalnya pun lebih tinggi.

Kita bisa membayangkan beberapa tahun mendatang kendaraan yang melewati jalur utama Jawa harus bergerak merayap karena jalan makin padat. Pertumbuhan panjang dan lebar jalan tidak sebanding dengan pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor. Karena itu, pemerintah perlu mendorong pemberdayaan jalur kereta api untuk jalur angkutan barang, yang secara otomatis bisa mengurangi kepadatan di jalan raya.

Sabtu, 16 Agustus 2014

Hari Kemerdekaan RI Ke-69


Tidak hanya sebatas peringatan berupa upacara pengibaran dan penurunan BENDERA serta perlombaan bernuansa kesenangan semata, namun lebih dalam lagi, makna KEMERDEKAAN tersebut selayaknya lebih diresapi sebagai sebuah kesyukuran untuk terus menjaga keutuhan bangsa dengan lebih baik.




Jumat, 15 Agustus 2014

Desaku Unggul Bangsaku Muncul



Berbicara mengenai kekayaan alam tentunya identik dengan bumi, air, udara, tanah, tanaman, pepohonan, pegunungan, hutan dan banyak hal lain yang terkandung baik di dalam maupun hal-hal yang berada disekitarnya. Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam tentunya sangat berpotensi untuyk kemajuan bangsa dan kemakmuran rakyat yang bernafas didalamnya. Hal ini sesuai dengan pasal 33 ayat ke-3 UUD 1945 yang berbunyi “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”  Akan tetapi melihat realita kekinian, membuat jiwa kita geram, realitanya Kemakmuran Rakyat semakin menjauh dari jangkauan. Kemakmuran hanya dimiliki oleh para pemilik modal, kaum elitis, kaum borjuasi dan penguasa politik dan militer. Seringkali mereka mengatakan, kami juga bagian dari rakyat Indonesia yang memiliki hak yang sama dijamin konstitusi. Benarkah demikian? Ya, benar saja, akan tetapi tidah hanya rakyat yang seperti mereka yang negara ini makmurkan. Selayaknya, rakyat juga menuntut janji dan hak untuk makmur dan melanjutkan hidupnya.
Alam dan segala isinya tersebar keseluruh penjuru dunia, tidak terkecuali desa-desa terpencil yang sebebnarnya merupaka gudang dari harta dunia. Dunia ini bersifat detail. Karna yang sedikit itu akan membludak keluar dan menyebabkan suatu wilayah itu besar dan bernama. Pulau-pulau itu lah yang menjadikan dunia ini penuh nama yang bermacam-macam sebagai nama suatu negara. Negara itu sendiri tidak hanya sendiri, ia memiliki tetangga dalam satu alamat yang bernama benua. Sebut saja benua Asia, Afrika, Australia, dan Amerika.
Berbagai nama dan sebutan untuk tanah air Indonesia. Dengan bangga kusebut ia Indonesia. Negara dengan berjuta-juta kekayaan alam didalamya. Negara dengan segala macam problema diberbagai sudut wilayahnya. Negara maritim dengan sabuk hukumnya. Ke-4 lah tangga jumlah penduduknya di dunia. Bangsa yang masih bergantung dan tanggung. Melimpahnya sumber daya alam dan sumber daya manusia sepertinya tertutupi. Siapa yang menutupi? Bukan siapa-siapa. Hanya saja hati dan pikiran yang menutupi pandangan seluruh penghuni samudra bhineka tunggal ika. Sesungguhnya dengan segala kelimpahan alam dan zat-zatnya bisa kita olah menjadi sesuatu yang dapat mengharumkan nama Indonesia.
Perhatikanlah peta Indonesia, renungkanlah, betapa tak terhitungnya jumlah tempat dimana kita bisa belajar, berkarya, dan yang paling utama adalah memanfaatkan peluang. Setiap wilayah di Indonesia memiliki keunggulannya masing-masing. Baik dari segi sandang, pangan maupun papan. Menurut statistik, kini ada 30 provinsi, 412 kota/kabupaten, 4040 kecamatan, lebih dari 70.000 desa, jumlah ini akan bertambah terus. Setiap desa dan kota sebagai warga negara Indonesia sudah selayaknya kita berhak datang, tinggali dan memanfaatkan segala macam bentuk dan bahan alam raya Indonesia. Sehingga kita dapat menjadi kontributor untuk Indonesia. Jika bukan kita siapa lagi. Mengajak memang bukan hal yang mudah, apalagi melaksanakan. Awali dan yang lain pasti akan mengikuti. Keberanian memang susah dicari akhir-akhir ini, membuat kaum bangsa semakin merugi akibat para penguasa negeri yang tidak peduli lagi. Seperti firman Allah SWT yang berbunyi : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri”. Dari ayat Alquran tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa kaum itulah yang dapat mengubah nasib dan keadaan suatu kaum. Kaum itu tidak lain adalah kita, warga negara dari tanah tumpah darah Indonesia.
Kenalilah dan telitilah keunggulan serta peluang yang tersedia di daerah kita. Peluang sesungguhnya sangatlah banyak. Seperti peluang untuk menjadi pengusaha tambang emas di Papua; peternak sapi di NTB, pariwisata dan rekreasi di Bali; mengembangkan agro-estate dan agropolitan di Kalimantan; industri perikanan di Sulawesi dan Maluku; Perkebunan sawit di Sumatra; industri seni dan mebel di Jawa Timur; dan industri pakaian dan batik di Jawa.
Sampai sekarang kesempatan terkesan masih menumpuk di Jakarta. Mau jadi bintang film, penyanyi, olahragawan, presiden, menteri, pengusaha nasional semua ke Jakarta. Sekolah berkualitas, bank besar, semua stasiun televisi semua terkonsentrasi di Jakarta. Seolah-olah sumber cahaya di Indonesia hanyalah di Jakarta, sehingga semakin jauhsuatu wilayah dari Jakarta semakin redup dan gelap kondisinya. Saat ini kita harus bertekad untuk membuat semua titik di republik inimemiliki sumber cahayanya masing-masing. Dan setiap kita, terutama generasi muda harus siap menjadi pionir dan pemimpin dalam membuka peluang sukses di kota dan desa di semua wilayah Indonesia.
Akan sangat membantu seandainya visi pemimpin nasional dan daerah baik formal maupun informal mengacu pada langkah kongkret untuk membuat bangsa ini bisa bersaing di level global, adil di tingkat nasional, dan gigih mengembangkan keunggulan lokal.
Untuk itu, akan sangat bermanfaat jika setiap Kabupaten/Kota di Republik Indonesia ini dibangun basis data keunggulan lokalnya. Sumber daya alam apa, sumber daya manusia bagaimana, dan sumber daya pendukung apa yang dimiliki masing-masing daerah. Apa saja yang perlu dikembangkan sesuai dengan keunggulan daerah atau wilayah tersebut.
Sistem otonomi daerah tentunya terterap di setiap daerah atau wilayah di Indonesia. Sehingga hal ini akan sangat membantu jika setiap desa kita mengembangkan TK, SD, SMP, dan Sma yang berkualitas prima untuk pengembangan wawasan, pembiasaan, keterampilan dengan etos beragama dan bekerja yang benar. Sarana dan prasarana yang lengkap seperti, sarana beribadah, peprustakaan,dan praktik usaha. Setiap wilayah memiliki keunggulannya tersendiri dan yang paling uatama adalah optimalisasi dari keunggulan tersebut. Setiap provinsi memiliki perguruan tinggi yang memiliki relevansi dengan keunggulan lokalnya, maka betapa hbatnya Indonesia, betapa kaya dan majunya Indonesia kelak. Kita tak perlu dan tidak pantas menjadi negara pengutang nan melarat. Kita pantas menjadi negara donor yang makmur dan sejahtera.
Dengan orang yang memiliki pendidikan dan pengalama kerja, didiukung oleh kebijakan pemerintah lokal dan pusat, serta etos kerja dan mindset baru, bahwa kita bisa terhormat bekerja dan bisa jadi jutawan di desa, kita bisa membuat Indonesia maju, berpengaruh, dan  memimpin. Kita harus memajukan wilayah pedesaan Indonesia seperti para peternak sapi di dan domba di Australia dan Selandia Baru, petani bunga tulip di Belanda, atau petani apel, jagung dan jeruk di Amerika.
Buka wawasan kita. Yakin bahwa bumi Allah adalah luas, sehingga tempat untuk berkiprah tak terhingga banyaknya. Tapi, mulailah untuk membuka pola pikir baru bahwa untuk sukses dan menjadi kontributor unutk Indonesia, kita harus memiliki mobilitas tinggi. Harus siap belajar, mendukung dan mengoptimalkan potensi kita, baik di kota maupun desa, dalam negeri maupun luar negeri. Pilihlah lokasi dan jenis program untuk berkiprah. Lalu tetapkan target, susun rencana, kemudian bekerja tekun dan istiqamah unutk mengembangkan program, jasa atau produk unggul yang mampu bersaing tingkat global. Dengan demikian Indonesia bisa menjadi bangsa yang maju, berpengaruh dan memimpin, bukan hanya di Asia, bahkan di dunia.