Sabtu, 16 Agustus 2014

Hari Kemerdekaan RI Ke-69


Tidak hanya sebatas peringatan berupa upacara pengibaran dan penurunan BENDERA serta perlombaan bernuansa kesenangan semata, namun lebih dalam lagi, makna KEMERDEKAAN tersebut selayaknya lebih diresapi sebagai sebuah kesyukuran untuk terus menjaga keutuhan bangsa dengan lebih baik.




Jumat, 15 Agustus 2014

Desaku Unggul Bangsaku Muncul



Berbicara mengenai kekayaan alam tentunya identik dengan bumi, air, udara, tanah, tanaman, pepohonan, pegunungan, hutan dan banyak hal lain yang terkandung baik di dalam maupun hal-hal yang berada disekitarnya. Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam tentunya sangat berpotensi untuyk kemajuan bangsa dan kemakmuran rakyat yang bernafas didalamnya. Hal ini sesuai dengan pasal 33 ayat ke-3 UUD 1945 yang berbunyi “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”  Akan tetapi melihat realita kekinian, membuat jiwa kita geram, realitanya Kemakmuran Rakyat semakin menjauh dari jangkauan. Kemakmuran hanya dimiliki oleh para pemilik modal, kaum elitis, kaum borjuasi dan penguasa politik dan militer. Seringkali mereka mengatakan, kami juga bagian dari rakyat Indonesia yang memiliki hak yang sama dijamin konstitusi. Benarkah demikian? Ya, benar saja, akan tetapi tidah hanya rakyat yang seperti mereka yang negara ini makmurkan. Selayaknya, rakyat juga menuntut janji dan hak untuk makmur dan melanjutkan hidupnya.
Alam dan segala isinya tersebar keseluruh penjuru dunia, tidak terkecuali desa-desa terpencil yang sebebnarnya merupaka gudang dari harta dunia. Dunia ini bersifat detail. Karna yang sedikit itu akan membludak keluar dan menyebabkan suatu wilayah itu besar dan bernama. Pulau-pulau itu lah yang menjadikan dunia ini penuh nama yang bermacam-macam sebagai nama suatu negara. Negara itu sendiri tidak hanya sendiri, ia memiliki tetangga dalam satu alamat yang bernama benua. Sebut saja benua Asia, Afrika, Australia, dan Amerika.
Berbagai nama dan sebutan untuk tanah air Indonesia. Dengan bangga kusebut ia Indonesia. Negara dengan berjuta-juta kekayaan alam didalamya. Negara dengan segala macam problema diberbagai sudut wilayahnya. Negara maritim dengan sabuk hukumnya. Ke-4 lah tangga jumlah penduduknya di dunia. Bangsa yang masih bergantung dan tanggung. Melimpahnya sumber daya alam dan sumber daya manusia sepertinya tertutupi. Siapa yang menutupi? Bukan siapa-siapa. Hanya saja hati dan pikiran yang menutupi pandangan seluruh penghuni samudra bhineka tunggal ika. Sesungguhnya dengan segala kelimpahan alam dan zat-zatnya bisa kita olah menjadi sesuatu yang dapat mengharumkan nama Indonesia.
Perhatikanlah peta Indonesia, renungkanlah, betapa tak terhitungnya jumlah tempat dimana kita bisa belajar, berkarya, dan yang paling utama adalah memanfaatkan peluang. Setiap wilayah di Indonesia memiliki keunggulannya masing-masing. Baik dari segi sandang, pangan maupun papan. Menurut statistik, kini ada 30 provinsi, 412 kota/kabupaten, 4040 kecamatan, lebih dari 70.000 desa, jumlah ini akan bertambah terus. Setiap desa dan kota sebagai warga negara Indonesia sudah selayaknya kita berhak datang, tinggali dan memanfaatkan segala macam bentuk dan bahan alam raya Indonesia. Sehingga kita dapat menjadi kontributor untuk Indonesia. Jika bukan kita siapa lagi. Mengajak memang bukan hal yang mudah, apalagi melaksanakan. Awali dan yang lain pasti akan mengikuti. Keberanian memang susah dicari akhir-akhir ini, membuat kaum bangsa semakin merugi akibat para penguasa negeri yang tidak peduli lagi. Seperti firman Allah SWT yang berbunyi : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri”. Dari ayat Alquran tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa kaum itulah yang dapat mengubah nasib dan keadaan suatu kaum. Kaum itu tidak lain adalah kita, warga negara dari tanah tumpah darah Indonesia.
Kenalilah dan telitilah keunggulan serta peluang yang tersedia di daerah kita. Peluang sesungguhnya sangatlah banyak. Seperti peluang untuk menjadi pengusaha tambang emas di Papua; peternak sapi di NTB, pariwisata dan rekreasi di Bali; mengembangkan agro-estate dan agropolitan di Kalimantan; industri perikanan di Sulawesi dan Maluku; Perkebunan sawit di Sumatra; industri seni dan mebel di Jawa Timur; dan industri pakaian dan batik di Jawa.
Sampai sekarang kesempatan terkesan masih menumpuk di Jakarta. Mau jadi bintang film, penyanyi, olahragawan, presiden, menteri, pengusaha nasional semua ke Jakarta. Sekolah berkualitas, bank besar, semua stasiun televisi semua terkonsentrasi di Jakarta. Seolah-olah sumber cahaya di Indonesia hanyalah di Jakarta, sehingga semakin jauhsuatu wilayah dari Jakarta semakin redup dan gelap kondisinya. Saat ini kita harus bertekad untuk membuat semua titik di republik inimemiliki sumber cahayanya masing-masing. Dan setiap kita, terutama generasi muda harus siap menjadi pionir dan pemimpin dalam membuka peluang sukses di kota dan desa di semua wilayah Indonesia.
Akan sangat membantu seandainya visi pemimpin nasional dan daerah baik formal maupun informal mengacu pada langkah kongkret untuk membuat bangsa ini bisa bersaing di level global, adil di tingkat nasional, dan gigih mengembangkan keunggulan lokal.
Untuk itu, akan sangat bermanfaat jika setiap Kabupaten/Kota di Republik Indonesia ini dibangun basis data keunggulan lokalnya. Sumber daya alam apa, sumber daya manusia bagaimana, dan sumber daya pendukung apa yang dimiliki masing-masing daerah. Apa saja yang perlu dikembangkan sesuai dengan keunggulan daerah atau wilayah tersebut.
Sistem otonomi daerah tentunya terterap di setiap daerah atau wilayah di Indonesia. Sehingga hal ini akan sangat membantu jika setiap desa kita mengembangkan TK, SD, SMP, dan Sma yang berkualitas prima untuk pengembangan wawasan, pembiasaan, keterampilan dengan etos beragama dan bekerja yang benar. Sarana dan prasarana yang lengkap seperti, sarana beribadah, peprustakaan,dan praktik usaha. Setiap wilayah memiliki keunggulannya tersendiri dan yang paling uatama adalah optimalisasi dari keunggulan tersebut. Setiap provinsi memiliki perguruan tinggi yang memiliki relevansi dengan keunggulan lokalnya, maka betapa hbatnya Indonesia, betapa kaya dan majunya Indonesia kelak. Kita tak perlu dan tidak pantas menjadi negara pengutang nan melarat. Kita pantas menjadi negara donor yang makmur dan sejahtera.
Dengan orang yang memiliki pendidikan dan pengalama kerja, didiukung oleh kebijakan pemerintah lokal dan pusat, serta etos kerja dan mindset baru, bahwa kita bisa terhormat bekerja dan bisa jadi jutawan di desa, kita bisa membuat Indonesia maju, berpengaruh, dan  memimpin. Kita harus memajukan wilayah pedesaan Indonesia seperti para peternak sapi di dan domba di Australia dan Selandia Baru, petani bunga tulip di Belanda, atau petani apel, jagung dan jeruk di Amerika.
Buka wawasan kita. Yakin bahwa bumi Allah adalah luas, sehingga tempat untuk berkiprah tak terhingga banyaknya. Tapi, mulailah untuk membuka pola pikir baru bahwa untuk sukses dan menjadi kontributor unutk Indonesia, kita harus memiliki mobilitas tinggi. Harus siap belajar, mendukung dan mengoptimalkan potensi kita, baik di kota maupun desa, dalam negeri maupun luar negeri. Pilihlah lokasi dan jenis program untuk berkiprah. Lalu tetapkan target, susun rencana, kemudian bekerja tekun dan istiqamah unutk mengembangkan program, jasa atau produk unggul yang mampu bersaing tingkat global. Dengan demikian Indonesia bisa menjadi bangsa yang maju, berpengaruh dan memimpin, bukan hanya di Asia, bahkan di dunia.